Mian yaa sambungannya lama.. maklum lah udah mulai masuk kerja sekarang, jadi tiap pulang kerja yang ada ngantuk 'n belum sempet bikin sambungannya deh.. hehe..
tapi sekarang di sempet-sempetin nyelesein part 2 nya coz yang ngrequest udah penasaran ma lanjutannya hihi..
Saking asiknya nulis, ga nyadar part 2 ini kepanjangan hehe.. Btw maaf ya kalo agak sedikit kurang nyambung, maklum bikinnya sambil ngantuk hahaha..
Ya udah deh ga usah B3 (basa basi busuk) lagi deh, silahkan dibaca lanjutannya... Happy reading ^^
Part
2
Thank
You For Loving Me
Hooammm... sudah empat kali aku menguap pagi ini. Aku melihat jam tanganku baru menunjukkan
pukul 7. “Pantas saja di kelas masih sepi” kataku melihat sekeliling kelas ku
yang belum ada siapa-siapa kecuali aku.
“Aishhh.. naega mwo hago isseoyo??
Ada apa denganku??” aku mengacak-acak rambutku sendiri.
“Oh.. Junno-ah.. neo
mwohaneungeoya?” tanya chan yang baru saja datang.
“ Ah.. Channie-ah.. kau sudah
datang??” kataku sambil menguap.
Chansung berjalan menuju tempat
duduknya, dia membuka tasnya seperti mencari sesuatu.
“Waeyo?? Kau mencari apa?? buku
PR mu ketinggalan??” tanyaku sambil berjalan mendekati bangku chansung.
“Ani.. aku mencari payungku”
jawabnya polos.
“Payung?? Untuk apa payung??”
jawabku keheranan, karena setauku hari ini cerah dan aku mendengar ramalan
cuaca untuk beberapa hari kedepan seoul akan cerah.
“Hari ini pasti akan turun hujan
badai” jawabnya dengan ekspresi serius.
“Jinjjayo??” aku mulai percaya
dengan perkataan chansung.
“Ne,, soalnya jam segini kau
sudah ada di sekolah.. phuahahaha..” dia tertawa dengan puasnya.
“Aishhhhhh,,Babo-ya!!!! Kau
mengagetkanku, aishh jinjja!!!!” aku memukul bahunya dengan buku yang ada di
atas meja.
“Ah.. aphu.. aphu.. aphu..”
chansung meminta ampun, tapi tetap dia masih tertawa.
“Ternyata kalian yang sudah
membuat berisik pagi-pagi seperti ini..” Tanya taecyeon yang baru saja datang.
“Oh.. taecyeonnie kau sudah
datang.. haha..” sapa chansung yang masih menertawaiku.
Aku masih dengan muka kesalku
melihat tingkah laku chansung yang sedang menertawaiku.
“Waeyo?? Kenapa dia tertawa
seperti itu??” tanya taecyeon yang duduk di sebelahku.
“Tch.. molla..” kataku dengan
sinis.
“Eh.. junho-ah, baru jam segini
tapi kenapa kau sudah datang?? Wahh.. hari ini pasti akan turun hujan..”
taecyeon berpura-pura melihat ke arah jendela.
Chansung yang sudah berhenti
tertawa langsung kembali tertawa mendengar pertanyaan taecyeon tadi.
“Yaaa!! Kau juga berpikiran sama
dengan chansung?? memang kenapa kalau jam segini aku sudah disini??” kataku
setengah emosi pada mereka berdua.
“Aha.. aku tau kenapa jam segini
kau sudah ada di sekolah..” entah mengapa perasaan ku mendadak tidak enak
setelah mendengar pernyataan dari taecyeon.
“Kau pasti tidak bisa tidur
karena memikirkan lie xiang dan kau pasti ingin cepat-cepat bertemu dengannya
kan??” lanjut taecyeon dengan mengangkat sebelah alisnya.
Tiba-tiba aku merasakan aura yang
tidak mengenakan, chansung yang dari tadi tertawa langsung berhenti dan kini
dua orang yang berada disampingku kompak menatapku dengan tatapan yang sangat
ingin tahu.
“Ok.. ok.. Aku akui, semalam aku
tidak bisa tidur karena entah mengapa aku terus saja teringat dengan Lie Xiang.
Tapi aku datang sepagi ini ke sekolah bukan karena ingin cepat-cepat bertemu
dengan Lie Xiang, tadi aku ikut pergi dengan appaku, jelas!!” kataku beralasan.
“Ohhh....” kata mereka dengan
kompak, tapi masih terlihat ekspresi yang masih tidak percaya.
“W.. w.. wae?? Kenapa ekspresi
kalian seperti itu?? Masih tidak percaya??” kataku sedikit gugup.
Dengan kompaknya mereka menjawab “Ne!!..” lalu
mereka pun tertawa.
“Ishhh.. kalian ini..” dengan
kesal aku meninggalkan mereka berdua yang sedang tertawa.
“Yaa.. junho-ah.. kau mau
kemana??” teriak chansung.
“Kantin!!” balas teriakku.
“Taecyeon-ah.. kajja.. kapan lagi
kita bisa sarapan gratis..” ajak chansung.
“Ishh.. Baboo.. mana mau dia
mentraktir raksasa yang rakus sepertimu..” taecyeon mengikuti chansung dari
belakang.
“Ya.. ya.. ya.. memangnya kau
tidak heuh?? Kau selalu memakan makananku” komplain chansung.
“Junho-ah.. wait me !!!! ” teriak chansung yang menyusul junho.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
“Hoaaaaaammmmm.....” lagi-lagi
aku menguap. Ahh.. tidak biasanya aku tidak bisa tidur semalam.. ah.. semuanya
gara-gara dia.. aku membenamkan wajahku di atas meja kantin. Aku merasakan ada
seseorang yang datang, aku mengangkat wajahku dan... itu adalah Lie Xiang.
“Annyeong Junho-ssi!!” sapanya
dengan tersenyum.
“Oh.. A.. Anyeong Lie
Xiang-ssi!!” jawabku sedikit gugup.
“Yoegi..” dia memberiku coffee
cup.
Aku bingung, kenapa dia memberiku
coffeecup, pikirku.
“Hmm.. tadi aku melihatmu menguap
berkali-kali, jadi aku berinisiatif memberikanmu coffe” jelasnya.
“Oh.. Gomawo” aku mengambil
coffenya. “Ah.. silahkan duduk” aku mempersilahkan lie xiang duduk.
Dia lebih memilih duduk didepanku
daripada di sebelahku. Sekarang aku bisa melihat dengan jelas wajah yoeja yang akhir-akhir
ini selalu mengganggu pikiranku. Hmm.. ada apa denganku.. Kenapa aku sangat
menikmati melihat wajahnya ini.. tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri dan Lie
Xiang yang melihat tingkah laku ku itu terlihat bingung.
“Junho-ssi, waeyo??” tanyanya
bingung.
“Ah.. ani.. oh iya, mulai
sekarang kau memanggil ku cukup junho saja, tidak perlu seformal itu.. lagi
pula kita teman sekelas kan??” kataku.
“Eh.. memang tidak apa-apa??”
tanyanya balik.
“Ne, gwen..cha..nayo!!” jelasku,
sambil tersenyum yang menyebabkan kedua mataku ini untuk sesaat menghilang.
“Ahhhhhh.. Kyeopta... Kyeopta....!!”
teriaknya histeris, tapi itu terlihat lucu untuk ku.
Tiba-tiba aku jadi teringat lagi
dengan kata-kata Taecyeon kemarin, apa benar aku sudah menyukainya???
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Tidak terasa 4 bulan sudah berlalu, hubunganku
dengan Lie Xiang semakin dekat ya bisa dibilang kami sudah seperti sepasang
kekasih.. Tidak jarang aku jalan berdua dengannya, aku bahkan sudah mengenalkan
dia pada keluargaku. Tapi ada sesuatu yang membuatku bingung, yaitu tentang
penyakitku.
“Junho-ah.. bagaimana hubungan mu
dengan lie xiang??” tanya Taecyeon yang kembali menyantap ramyun favoritnya
itu.
“Hubungan kami baik” kataku
sambil meminum soda.
“Kalian sudah resmi pacaran
belum??” tanyanya penasaran.
“Hmm.. Molla.. aku tidak tau
haha..” tawaku, menyembunyikan kebingungannku.
“Ahh... Babo-ya.. kenapa kau
tidak cepat-cepat menyatakan perasaanmu padanya??” Chansung yang dari tadi
sibuk dengan makanannya ikut bersuara.
“Tidak semudah itu chan-ah..”
keluhku.
“Tunggu apa lagi?? Kau suka
padanya dan dia juga sepertinya punya perasaan yang sama denganmu.. apa kau
menunggu Lie Xiang yang duluan menyatakan perasaannya padamu??” tanya chansung.
“Mungkin iya..” kataku bercanda.
“Aishhh.. kau memang pengecut
junho-ah.. apa perlu aku yang menyatakan perasaanmu padanya??” tanya chansung
menawarkan jasanya.
“Yaaa!! Andwe.. Andwe.. kalau
sampai kau berani bicara sepatah kata saja tentang perasaanku padanya, tidak
akan ada lagi makan siang gratis!!!” ancamku.
“Ah.. OK.. Ok.. aku tidak akan
bicara apapun padanya..” dia membuat V sign dengan jarinya, pertanda janji.
“Ahh.. aku sudah kenyang.. aku
duluan ya.. oh iya, junho-ah nanti malam aku akan kerumahmu..” Taecyeon bangkit
dari tempat duduknya.
Aku melihat 3 mangkuk ramyun
dengan ukuran jumbo sudah kosong, bahkan airnya pun tidak bersisa. “Aishh..
orang macam apa dia??aku penasaran sebesar apa lambungnya itu.. daebak..”
kataku yang masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
“Haha.. junho-ah kalau kau ingin
tumbuh tinggi seperti aku dan taecyeon kau harus banyak makan seperti kami”
katanya dengan bangga.
“Mwooo??? Ka..Kau.. juga
menghabiskan 3 ramyun ukuran jumbo??” kataku kaget begitu melihat mangkuk
mangkuk kosong yang ada di depannya.
“ Hahaha.. Junho-ah.. Gomawo
untuk makan siangnya.. aku kenyang sekali.. kkkk~” diapun pergi meninggalkanku
sendiri yang masih terlihat shocked.
Dengan langkah yang lunglai aku
berjalan kembali menuju kelas, hanya dalam waktu satu jam aku sudah
menghabiskan sisa uang jajanku untuk bulan ini, ishhh.. bisa-bisanya aku
mempunyai sahabat monster seperti mereka.. hupft...
“Junho-ah....!!!” terdengar suara
yoeja memanggilku.
“Ah.. Lie Xiang..” jawabku dengan
tersenyum.
Lie Xiang berlari kearahku.
Ketika berlari dia sempat terjatuh, lalu bangun lagi dan tersenyum malu padaku.
“.. Gwenchana??” kataku khawatir.
“Ne.. Gwenchanayo.. hehe”
jawabnya pura-pura.
“Apanya yang baik-baik saja?? Kaki mu pasti
terkilir kan??” aku membawanya duduk di bawah pohon. “Sini aku lihat..” kataku
sambil membuka sepatunya, tapi dia menghindar.
“Gwenchanayo junho-ah.. kau tidak
percaya padaku??” dia melihatku dengan matanya yang besar.
‘Ne.. Ne.. aku percaya padamu” jawabku
sambil mengangguk.
“Eh.. itu taecyeon dan eunnoi-ssi
kan??” tunjuknya pada dua orang yang sedang berkejaran seperti anak kecil di
pinggir lapangan. “Omo...” lanjutnya ketika melihat eunnoi terjatuh.
Mau tidak mau aku jadi melihat
apa yang dilakukan oleh pasangan itu, aku melihat taecyeon menggendong eunnoi
yang tadi terjatuh.
“Aaaa... So sweet... taecyeon
menggendong eunnoi.. dia namjachingu yang baik ya junho-ah..” katanya sambil
terus memperhatikan mereka.
Andai tubuhku sebesar dan sekuat
dia, tadi aku pasti akan melakukan hal yang sama pada lie xiang.. hupf..
lagi-lagi aku mengeluh gara-gara penyakitku ini..
“Junho-ah kau kenapa??” tanya Lie
Xiang.
“Ah.. Ani.. Emh.. Lie Xiang-ah..
apa kau suka namja seperti taecyeon?? Uhm.. maksudku namja yang tubuh ya
seperti taecyeon..” tanyaku.
“Hmm.. Ne.. aku suka namja yang
kuat,,waeyo??” Lie Xiang balik tanya.
“Ani.. aku hanya ingin tau saja
hehe..” candaku pura-pura.
Gurae, semua yoeja pasti menyukai
namja yang kuat yang bisa melindunginya.. Lie Xiang juga suka namja yang kuat
dan itu bukan aku.. tidak mungkin dia menyukai namja lemah yang umurnya sudah
tidak lama lagi seperti aku...
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Satu minggu kemudian...
“Chansung-ah... kau tau kenapa
sudah satu minggu ini junho tidak masuk??” tanya Lie Xiang begitu melihat
chansung masuk ke dalam kelas.
“Kau tidak tau?? Junho sekarang
sedang di rumah sakit..” katanya polos.
“Rumah sakit?? Memang junho sakit
apa??” tanya Lie Xiang khawatir.
“Junho Leu...” belum beres
chansung menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba taecyeon datang dan langsung
menginjak kaki chansung.
“Yaaaaaa!!!! A... a... a... phu
taecyeon-ah!!” teriaknya berusaha melepaskan kakinya yang diinjak oleh
taecyeon.
“Oh.. mianhe chansung-ah.. hehe”
melepas kaki chansung. “Ah.. annyeong Lie Xiang-ah” langsung menyapa lie xiang.
“Annyeong...” balasnya.
“Chansung-ah,,tadi kau mau bilang apa?? junho sakit apa??” meneruskan
pertanyaan yang tadi.
Baru saja chansung mau menjawab
dia sudah mendapatkan pelototan dari taecyeon agar dia tidak memberitau keadaan
junho yang sebenarnya.
“Emhh.. Junho.. di.. dia..
lelah.. dia hanya kelelahan saja” chansung menjawab dengan gugup.
“Gurae, junho hanya kelelahan
saja mungkin gara-gara waktu itu dia bermain sepak bola dengan ku dan chansung.
Tapi jangan khawatir, mungkin besok dia sudah sekolah seperti biasa lagi...”
jelas taecyeon beralasan.
“Ohh.. baguslah kalau dia tidak
apa-apa” Lie Xiang terlihat lega mendengar penjelasan taecyeon.
“Ne.. geogjeonghaji maseyo.. chinguneun
gwaenchanhayo.. baiklah kalau begitu kami pergi dulu lie xiang-ah..“ taecyeon
pergi dengan menyeret chansung keluar.
Di luar...
“Aishhh.... babo-yaa...” taecyeon
memukul kepala chansung dengan sekuat tenaga.
“Yaaa!!! Waeyo??? Apa salahku???
Kenapa kau memukulku???” chansung mengusap-usap kepalanya karena kesakitan.
“Kau lupa apa yang junho katakan
kemarin?? Jangan sampai Lie Xiang tau keadaanya sekarang, terlebih lagi tau apa
penyakitnya..!!” jelas taecyeon
mengingatkan.
“Aishh.. kenapa aku bisa lupa hal
sepenting itu ya??” tanyanya polos.
“Itu karena kau BABO!!! Ingat
lain kali jangan bicara apa-apa tentang junho pada Lie Xiang, ara??” tegasnya.
“Ne..ne..” chansung mengangguk.
Lagi-lagi sudah satu minggu ini aku tidak
masuk sekolah karena penyakitku kambuh lagi.. padahal sudah beberapa bulan ini
aku merasa seperti orang yang sehat, tetapi akhirnya penyakit ini mengingatkanku
kalau kata “Sehat” tidak akan mungkin menjadi bagian dari tubuhku..
“Hyung, sudah siap?? Eomma dan
appa sudah menunggu di bawah..” Gikwang datang memberitahuku.
“Ne.. hyung sudah siap..”
jawabku.
“Sini.. biar aku yang bawa,
badanmu terlihat masih lemah” kata gikwang sedikit khawatir sambil membawa
tasku.
“Whoaaa... akhirnya kau
mengkhawatirkan hyungmu ini huh???” candaku padanya.
“Ishh,,babo hyung..” katanya
sambil berlalu.
Ya.. setidaknya gara-gara
penyakitku ini hubunganku dan dongsaengku menjadi lebih baik, sebelum dia tau
aku mengidap penyakit ini, dia selalu iri padaku karena eomma dan appa lebih
memperhatikanku. Tapi sekarang dia sudah menjadi dongsaeng yang sangat baik
bagiku dan keluargaku, satu kekhawatiranku sudah berkurang jika suatu saat
nanti aku pergi.
“Huh.. akhirnya sampai rumah
juga... eomma, bagoepa.. aku rindu dengan masakanmu..” rengekku pada oemma
seperti anak kecil.
“Ne.. eomma akan membuatkan
makanan favoritmu..” jawabnya sambil mengelus kepalaku.
Sambil menunggu eommaku memasak,
aku pergi ke kamarku. Hmmm.. aku rindu wangi kamar ini, baru seminggu saja aku
tidak tidur di kamar ini sudah membuatku rindu, bagaimana kalau nanti aku pergi
gara-gara penyakit ini, apakah hantuku juga akan datang ke kamar ini?? hehe..
Aku duduk di depan meja belajarku
dan menatap foto yang kusimpan diatas meja belajarku. “Lie Xiang-ah.. apa kau
rindu padaku?? Apa kau mencariku karena aku tiba-tiba menghilang??” aku bicara
pada foto Lie Xiang yang berada di meja belajarku.
Ya Tuhan.. mengapa aku harus
bertemu dengan dia?? Dengan keadaan ku yang seperti sekarang mengapa engkau
membuatku jatuh cinta padanya?? Hupf.. aku menghela nafas, aku terdiam kembali
manatap fotonya sampai aku tertidur lelap.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Aku berjalan santai sendirian di
koridor sekolah sambil bersiul, sesekali aku menyapa chingu-ku.. untunglah hari
ini aku merasa baik, dan akupun terlihat segar jadi tidak akan ada yang
bertanya-tanya mengapa aku tidak masuk sekolah kemarin, palingan mereka
menyangka aku liburan hehe..
“Junho-ah!!” seseorang
memanggilku, dan aku tau persis siapa pemilik suara itu. Aku mempercepat
langkahku dan untunglah aku melihat chansung, aku langsung berlari mengejarnya.
Sesampainya di kelas, lie xiang
menghampiriku yang sedang ngobrol dengan chansung.
“Annyeong junho-ah, annyeong
chansung-ah” sapanya dengan ceria.
Aku tidak membalas sapaannya,
hanya chan yang membalas sapaanya.
“Junho-ah, Tadi aku memanggilmu..
kau pasti tidak mendengarnya ya??” katanya dengan tersenyum.
“Iya, aku tidak mendengar ada
yang memanggilku” kataku sedikit dingin.
“Oh iya, bagaimana keadaanmu?? Apa
kau sudah baik-baik saja??” tanyanya terdengar khawatir.
“Ne” jawabku singkat. “Lie
Xiang-ah mian, aku mau mengantar chan ke kantin” aku berdiri mengajak chan
pergi.
Terlihat sedikit kekecewaan di
wajah Lie Xiang, tapi dia berusaha menyembunyikannya.
“Oh.. Ne.. Gwaenchana” dia
tersenyum dengan sedikit dipaksakan.
Aku menyeret chan yang masih
terlihat kebingungan.
“Junho-ah.. memangya kapan aku
memintamu mengantar ke kantin?? Aku bisa sendiri, tidak perlu kau antar..”
jawabnya polos.
“Ya.. Babo.. sudahlah kau tidak
usah cerewet, lebih baik kau hubungi taec agar dia langsung ke kantin”
perintahku.
Chansung langsung menghubungi
taecyeon sesuai dengan perintahku. Dan tidak lama taecyeon pun datang menyusul
aku dan chan.
“Annyeong..!!” sapa taecyeon pada
kami berdua. “Ada apa ini menyuruhku datang kesini??” tanyanya.
“Molla~ aku hanya disuruh dia”
kata chansung sambil menunjukku.
“Tidak ada apa-apa, aku hanya
ingin mengajak kalian berdua sarapan, pasti kalian belum sarapan kan?? Tenang saja
aku yang traktir..” kataku sedikit berbohong.
“Yaaa.. junho-ah.. kau memang
sahabatku yang terbaik, bolehkah aku memesan sekarang??” tanya chansung.
“Ne.. tapi ingat, kalian hanya
boleh memesan satu porsi saja dan itu pun porsi yang biasa.. terakhir aku
mentraktir kalian, satu bulan uang saku ku langsung habis, mengerti??” jelasku.
“Jangan khawatir, tenang saja”jawab
taecyeon dibarengi anggukan chansung.
Dengan cepatnya mereka langsung
pergi memesan makanan. Aku merasa menyesal dengan apa yang aku lakukan pada lie
xiang hari ini, aku melihat ekspresinya yang kecewa, maafkan aku Lie Xiang-ah..
mulai sekarang aku tidak bisa dekat-dekat denganmu, kau tidak boleh bergantung
pada orang yang akan segera meninggal..
Setiap hari kulalui dengan
menjauhi Lie Xiang, aku tidak pernah menyapanya lagi di sekolah, sms dan
teleponnya selalu aku abaikan. Akhir-akhir ini aku selalu melihatnya murung,
memang benar selain aku dia tidak mempunyai lagi teman dekat.. aku sedih
melihatnya yang tidak bersemangat seperti ini, aku tidak pernah melihat lagi
Lie Xiang yang ceria.. Oh Tuhan, andai dia tau sebenarnya apa yang aku lakukan
sekarang adalah demi kebahagiannya..
kondisi badanku pun ahir-akhir
ini memburuk, terhitung dalam dua bulan terakhir ini aku sudah tiga kali masuk
rumah sakit. Uisah-nim memberitauku, kalau penyakitku ini sudah semakin parah..
ne.. aku sadar, aku merasakan itu.. terkadang badanku sudah tidak bisa aku
kendalikan, aku sudah tidak bisa bebas beraktivitas lagi.. seperti sekarang
ini, aku hanya bisa duduk di pinggir lapangan merasakan badanku yang semakin
lemah sementara semua teman-temanku sedang berolahraga.
“Junho-ah..” terdengar suara
pelan seorang yoeja.. ya.. dia adalah Lie Xiang.
Ketika aku akan pergi, dia
memintaku untuk jangan pergi dan aku menurutinya.
“Bagaimana kabarmu??” Lie Xiang
memulai pembicaraan.
“Baik” jawabku seadanya.
“Junho-ah.. bolehkah aku
bertanya??” tanyanya sedikit ragu.
“Ne..” jawabku singkat tanpa
melihat wajahnya.
“Apakah aku melakukan sesuatu
yang membuatmu tiba-tiba menjadi menjauhiku seperti ini??” tanyanya.
Sekilas aku melihat wajah lie
xiang yang terlihat cemas dan sedih.
“Ani, kau tidak melakukan
apa-apa..” jawabku dingin.
“Lalu, mengapa kau menjauhiku??”
tanyanya penasaran.
Aku diam tidak menjawabnya. Pandanganku
lurus ke depan, melihat teman-temanku yang sedang bermain basket.
“Junho-ah.. kau tau, pertama kali
aku masuk ke sekolah ini aku merasa asing.. sulit bagiku untuk beradaptasi,
sampai sekarang pun aku tidak mempunyai banyak teman.. tapi setelah bertemu
denganmu dan hubungan kita semakin dekat, aku sangat senang sekali.. kau selalu
menemaniku, kau selalu ada untuk menolongku.. aku tidak pernah merasa kesepian,
aku mulai menyukai kehidupanku disini dan tanpa sadar akupun mulai
menyukaimu...” tanpa aku sangka lie xiang mengatakan perasaannya padaku.
“Junho-ah.. apa kau juga
merasakan hal yang sama denganku??” lie xiang bertanya padaku.
Mendengar perkataan terakhir lie
xiang, hatiku terasa sakit.. jantungku berdetak semakin cepat.. “aku juga
menyukaimu, lie xiang-ah..” andai aku bisa berkata seperti itu padanya.. tapi
aku tidak boleh menyakitinya.. aku tidak bisa egois padanya..
“Lie Xiang-ah.. Mianhe.. aku
tidak menyukaimu” jawabku pura-pura cuek.
“Tapi, kenapa kau begitu baik
padaku?? Kenapa kau selalu ada untukku??” lie xiang terus bertanya padaku.
“Dengarkan baik-baik lie xiang-ah..
aku baik padamu itu hanya karena kau kasian melihatmu yang tidak mempunyai
teman, aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu.. maaf kan aku jika
perlakuan ku selama ini membuatmu salah paham.. dan satu lagi, kau tidak boleh
lagi bergantung padaku..” aku meninggalkan Lie xiang yang masih duduk terdiam yang
masih tidak percaya dengan apa yang aku katakan.
Aku melihat lie xiang yang masih
dengan posisinya tadi di balik pintu aula, aku mellihatnya menangis. Lie
Xiang-ah.. maafkan aku.. lebih baik kau menangis sekarang daripada nanti kau
harus menangisi kepergianku....
Gimana part 2 nya?? penasaran ga ntar di final part ceritanya gimana?? hehe.. klo penasaran tunggu aja ya.. kalo ngga juga mesti penasaran *maksa* hehe.. see you at part 3.. annyeong.. ^^
junhoo harus sehatt eonni >.<
BalasHapus