Rabu, 06 Juni 2012

Special Request

Annyeong.. ^^

Mian yaa sambungannya lama.. maklum lah udah mulai masuk kerja sekarang, jadi tiap pulang kerja yang ada ngantuk 'n belum sempet bikin sambungannya deh.. hehe..
tapi sekarang di sempet-sempetin nyelesein part 2 nya coz yang ngrequest udah penasaran ma lanjutannya hihi..
Saking asiknya nulis, ga nyadar part 2 ini kepanjangan hehe.. Btw maaf ya kalo agak sedikit kurang nyambung, maklum bikinnya sambil ngantuk hahaha..

Ya udah deh ga usah B3 (basa basi busuk) lagi deh, silahkan dibaca lanjutannya... Happy reading ^^




 
Part 2
Thank You For Loving Me


Hooammm... sudah empat kali  aku menguap pagi ini.  Aku melihat jam tanganku baru menunjukkan pukul 7. “Pantas saja di kelas masih sepi” kataku melihat sekeliling kelas ku yang belum ada siapa-siapa kecuali aku.
“Aishhh.. naega mwo hago isseoyo?? Ada apa denganku??” aku mengacak-acak rambutku sendiri.

“Oh.. Junno-ah.. neo mwohaneungeoya?” tanya chan yang baru saja datang.

“ Ah.. Channie-ah.. kau sudah datang??” kataku sambil menguap.

Chansung berjalan menuju tempat duduknya, dia membuka tasnya seperti mencari sesuatu.

“Waeyo?? Kau mencari apa?? buku PR mu ketinggalan??” tanyaku sambil berjalan mendekati bangku chansung.

“Ani.. aku mencari payungku” jawabnya polos.

“Payung?? Untuk apa payung??” jawabku keheranan, karena setauku hari ini cerah dan aku mendengar ramalan cuaca untuk beberapa hari kedepan seoul akan cerah.

“Hari ini pasti akan turun hujan badai” jawabnya dengan ekspresi serius.

“Jinjjayo??” aku mulai percaya dengan perkataan chansung.

“Ne,, soalnya jam segini kau sudah ada di sekolah.. phuahahaha..” dia tertawa dengan puasnya.

“Aishhhhhh,,Babo-ya!!!! Kau mengagetkanku, aishh jinjja!!!!” aku memukul bahunya dengan buku yang ada di atas meja.

“Ah.. aphu.. aphu.. aphu..” chansung meminta ampun, tapi tetap dia masih tertawa.

“Ternyata kalian yang sudah membuat berisik pagi-pagi seperti ini..” Tanya taecyeon yang baru saja datang.

“Oh.. taecyeonnie kau sudah datang.. haha..” sapa chansung yang masih menertawaiku.

Aku masih dengan muka kesalku melihat tingkah laku chansung yang sedang menertawaiku.

“Waeyo?? Kenapa dia tertawa seperti itu??” tanya taecyeon yang duduk di sebelahku.

“Tch.. molla..” kataku dengan sinis.

“Eh.. junho-ah, baru jam segini tapi kenapa kau sudah datang?? Wahh.. hari ini pasti akan turun hujan..” taecyeon berpura-pura melihat ke arah jendela.

Chansung yang sudah berhenti tertawa langsung kembali tertawa mendengar pertanyaan taecyeon tadi.

“Yaaa!! Kau juga berpikiran sama dengan chansung?? memang kenapa kalau jam segini aku sudah disini??” kataku setengah emosi pada mereka berdua.

“Aha.. aku tau kenapa jam segini kau sudah ada di sekolah..” entah mengapa perasaan ku mendadak tidak enak setelah mendengar pernyataan dari taecyeon.

“Kau pasti tidak bisa tidur karena memikirkan lie xiang dan kau pasti ingin cepat-cepat bertemu dengannya kan??” lanjut taecyeon dengan mengangkat sebelah alisnya.

Tiba-tiba aku merasakan aura yang tidak mengenakan, chansung yang dari tadi tertawa langsung berhenti dan kini dua orang yang berada disampingku kompak menatapku dengan tatapan yang sangat ingin tahu. 

“Ok.. ok.. Aku akui, semalam aku tidak bisa tidur karena entah mengapa aku terus saja teringat dengan Lie Xiang. Tapi aku datang sepagi ini ke sekolah bukan karena ingin cepat-cepat bertemu dengan Lie Xiang, tadi aku ikut pergi dengan appaku, jelas!!” kataku beralasan.

“Ohhh....” kata mereka dengan kompak, tapi masih terlihat ekspresi yang masih tidak percaya.

“W.. w.. wae?? Kenapa ekspresi kalian seperti itu?? Masih tidak percaya??” kataku sedikit gugup.

 Dengan kompaknya mereka menjawab “Ne!!..” lalu mereka pun tertawa.

“Ishhh.. kalian ini..” dengan kesal aku meninggalkan mereka berdua yang sedang tertawa.

“Yaa.. junho-ah.. kau mau kemana??” teriak chansung.

“Kantin!!” balas teriakku.

“Taecyeon-ah.. kajja.. kapan lagi kita bisa sarapan gratis..” ajak chansung.

“Ishh.. Baboo.. mana mau dia mentraktir raksasa yang rakus sepertimu..” taecyeon mengikuti chansung dari belakang.

“Ya.. ya.. ya.. memangnya kau tidak heuh?? Kau selalu memakan makananku” komplain chansung.

“Junho-ah.. wait me !!!! ” teriak chansung yang menyusul junho.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@  

“Hoaaaaaammmmm.....” lagi-lagi aku menguap. Ahh.. tidak biasanya aku tidak bisa tidur semalam.. ah.. semuanya gara-gara dia.. aku membenamkan wajahku di atas meja kantin. Aku merasakan ada seseorang yang datang, aku mengangkat wajahku dan... itu adalah Lie Xiang.

“Annyeong Junho-ssi!!” sapanya dengan tersenyum.

“Oh.. A.. Anyeong Lie Xiang-ssi!!” jawabku sedikit gugup.

“Yoegi..” dia memberiku coffee cup.

Aku bingung, kenapa dia memberiku coffeecup, pikirku.

“Hmm.. tadi aku melihatmu menguap berkali-kali, jadi aku berinisiatif memberikanmu coffe” jelasnya.

“Oh.. Gomawo” aku mengambil coffenya. “Ah.. silahkan duduk” aku mempersilahkan lie xiang duduk.

Dia lebih memilih duduk didepanku daripada di sebelahku. Sekarang aku bisa melihat dengan jelas wajah yoeja yang akhir-akhir ini selalu mengganggu pikiranku. Hmm.. ada apa denganku.. Kenapa aku sangat menikmati melihat wajahnya ini.. tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri dan Lie Xiang yang melihat tingkah laku ku itu terlihat bingung.

“Junho-ssi, waeyo??” tanyanya bingung.

“Ah.. ani.. oh iya, mulai sekarang kau memanggil ku cukup junho saja, tidak perlu seformal itu.. lagi pula kita teman sekelas kan??” kataku.

“Eh.. memang tidak apa-apa??” tanyanya balik.

“Ne, gwen..cha..nayo!!” jelasku, sambil tersenyum yang menyebabkan kedua mataku ini untuk sesaat menghilang.

“Ahhhhhh.. Kyeopta... Kyeopta....!!” teriaknya histeris, tapi itu terlihat lucu untuk ku.

Tiba-tiba aku jadi teringat lagi dengan kata-kata Taecyeon kemarin, apa benar aku sudah menyukainya???
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

 Tidak terasa 4 bulan sudah berlalu, hubunganku dengan Lie Xiang semakin dekat ya bisa dibilang kami sudah seperti sepasang kekasih.. Tidak jarang aku jalan berdua dengannya, aku bahkan sudah mengenalkan dia pada keluargaku. Tapi ada sesuatu yang membuatku bingung, yaitu tentang penyakitku.

“Junho-ah.. bagaimana hubungan mu dengan lie xiang??” tanya Taecyeon yang kembali menyantap ramyun favoritnya itu.

“Hubungan kami baik” kataku sambil meminum soda.
 
“Kalian sudah resmi pacaran belum??” tanyanya penasaran.

“Hmm.. Molla.. aku tidak tau haha..” tawaku, menyembunyikan kebingungannku.

“Ahh... Babo-ya.. kenapa kau tidak cepat-cepat menyatakan perasaanmu padanya??” Chansung yang dari tadi sibuk dengan makanannya ikut bersuara.

“Tidak semudah itu chan-ah..” keluhku.

“Tunggu apa lagi?? Kau suka padanya dan dia juga sepertinya punya perasaan yang sama denganmu.. apa kau menunggu Lie Xiang yang duluan menyatakan perasaannya padamu??” tanya chansung.

“Mungkin iya..” kataku bercanda.

“Aishhh.. kau memang pengecut junho-ah.. apa perlu aku yang menyatakan perasaanmu padanya??” tanya chansung menawarkan jasanya.

“Yaaa!! Andwe.. Andwe.. kalau sampai kau berani bicara sepatah kata saja tentang perasaanku padanya, tidak akan ada lagi makan siang gratis!!!” ancamku.

“Ah.. OK.. Ok.. aku tidak akan bicara apapun padanya..” dia membuat V sign dengan jarinya, pertanda janji.

“Ahh.. aku sudah kenyang.. aku duluan ya.. oh iya, junho-ah nanti malam aku akan kerumahmu..” Taecyeon bangkit dari tempat duduknya.

Aku melihat 3 mangkuk ramyun dengan ukuran jumbo sudah kosong, bahkan airnya pun tidak bersisa. “Aishh.. orang macam apa dia??aku penasaran sebesar apa lambungnya itu.. daebak..” kataku yang masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat.

“Haha.. junho-ah kalau kau ingin tumbuh tinggi seperti aku dan taecyeon kau harus banyak makan seperti kami” katanya dengan bangga.

“Mwooo??? Ka..Kau.. juga menghabiskan 3 ramyun ukuran jumbo??” kataku kaget begitu melihat mangkuk mangkuk kosong yang ada di depannya.

“ Hahaha.. Junho-ah.. Gomawo untuk makan siangnya.. aku kenyang sekali.. kkkk~” diapun pergi meninggalkanku sendiri yang masih terlihat shocked.

Dengan langkah yang lunglai aku berjalan kembali menuju kelas, hanya dalam waktu satu jam aku sudah menghabiskan sisa uang jajanku untuk bulan ini, ishhh.. bisa-bisanya aku mempunyai sahabat monster seperti mereka.. hupft...

“Junho-ah....!!!” terdengar suara yoeja memanggilku.

“Ah.. Lie Xiang..” jawabku dengan tersenyum.

Lie Xiang berlari kearahku. Ketika berlari dia sempat terjatuh, lalu bangun lagi dan tersenyum malu padaku.

“.. Gwenchana??” kataku khawatir.

“Ne.. Gwenchanayo.. hehe” jawabnya pura-pura.

 “Apanya yang baik-baik saja?? Kaki mu pasti terkilir kan??” aku membawanya duduk di bawah pohon. “Sini aku lihat..” kataku sambil membuka sepatunya, tapi dia menghindar.
 
“Gwenchanayo junho-ah.. kau tidak percaya padaku??” dia melihatku dengan matanya yang besar.

‘Ne.. Ne.. aku percaya padamu” jawabku sambil mengangguk.

“Eh.. itu taecyeon dan eunnoi-ssi kan??” tunjuknya pada dua orang yang sedang berkejaran seperti anak kecil di pinggir lapangan. “Omo...” lanjutnya ketika melihat eunnoi terjatuh.

Mau tidak mau aku jadi melihat apa yang dilakukan oleh pasangan itu, aku melihat taecyeon menggendong eunnoi yang tadi terjatuh. 

“Aaaa... So sweet... taecyeon menggendong eunnoi.. dia namjachingu yang baik ya junho-ah..” katanya sambil terus memperhatikan mereka.

Andai tubuhku sebesar dan sekuat dia, tadi aku pasti akan melakukan hal yang sama pada lie xiang.. hupf.. lagi-lagi aku mengeluh gara-gara penyakitku ini..

“Junho-ah kau kenapa??” tanya Lie Xiang.

“Ah.. Ani.. Emh.. Lie Xiang-ah.. apa kau suka namja seperti taecyeon?? Uhm.. maksudku namja yang tubuh ya seperti taecyeon..” tanyaku.

“Hmm.. Ne.. aku suka namja yang kuat,,waeyo??” Lie Xiang balik tanya.

“Ani.. aku hanya ingin tau saja hehe..” candaku pura-pura.

Gurae, semua yoeja pasti menyukai namja yang kuat yang bisa melindunginya.. Lie Xiang juga suka namja yang kuat dan itu bukan aku.. tidak mungkin dia menyukai namja lemah yang umurnya sudah tidak lama lagi seperti aku...
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Satu minggu kemudian...

“Chansung-ah... kau tau kenapa sudah satu minggu ini junho tidak masuk??” tanya Lie Xiang begitu melihat chansung masuk ke dalam kelas.

“Kau tidak tau?? Junho sekarang sedang di rumah sakit..” katanya polos.

“Rumah sakit?? Memang junho sakit apa??” tanya Lie Xiang khawatir.

“Junho Leu...” belum beres chansung menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba taecyeon datang dan langsung menginjak kaki chansung.

“Yaaaaaa!!!! A... a... a... phu taecyeon-ah!!” teriaknya berusaha melepaskan kakinya yang diinjak oleh taecyeon.

“Oh.. mianhe chansung-ah.. hehe” melepas kaki chansung. “Ah.. annyeong Lie Xiang-ah” langsung menyapa lie xiang.

“Annyeong...” balasnya. “Chansung-ah,,tadi kau mau bilang apa?? junho sakit apa??” meneruskan pertanyaan yang tadi.

Baru saja chansung mau menjawab dia sudah mendapatkan pelototan dari taecyeon agar dia tidak memberitau keadaan junho yang sebenarnya.

“Emhh.. Junho.. di.. dia.. lelah.. dia hanya kelelahan saja” chansung menjawab dengan gugup.

“Gurae, junho hanya kelelahan saja mungkin gara-gara waktu itu dia bermain sepak bola dengan ku dan chansung. Tapi jangan khawatir, mungkin besok dia sudah sekolah seperti biasa lagi...” jelas taecyeon beralasan.

“Ohh.. baguslah kalau dia tidak apa-apa” Lie Xiang terlihat lega mendengar penjelasan taecyeon.

“Ne.. geogjeonghaji maseyo.. chinguneun gwaenchanhayo.. baiklah kalau begitu kami pergi dulu lie xiang-ah..“ taecyeon pergi dengan menyeret chansung keluar.

Di luar...
“Aishhh.... babo-yaa...” taecyeon memukul kepala chansung dengan sekuat tenaga.

“Yaaa!!! Waeyo??? Apa salahku??? Kenapa kau memukulku???” chansung mengusap-usap kepalanya karena kesakitan.

“Kau lupa apa yang junho katakan kemarin?? Jangan sampai Lie Xiang tau keadaanya sekarang, terlebih lagi tau apa penyakitnya..!!”  jelas taecyeon mengingatkan.

“Aishh.. kenapa aku bisa lupa hal sepenting itu ya??” tanyanya polos.

“Itu karena kau BABO!!! Ingat lain kali jangan bicara apa-apa tentang junho pada Lie Xiang, ara??” tegasnya.

“Ne..ne..” chansung mengangguk.

 Lagi-lagi sudah satu minggu ini aku tidak masuk sekolah karena penyakitku kambuh lagi.. padahal sudah beberapa bulan ini aku merasa seperti orang yang sehat, tetapi akhirnya penyakit ini mengingatkanku kalau kata “Sehat” tidak akan mungkin menjadi bagian dari tubuhku..
“Hyung, sudah siap?? Eomma dan appa sudah menunggu di bawah..” Gikwang datang memberitahuku.

“Ne.. hyung sudah siap..” jawabku.

“Sini.. biar aku yang bawa, badanmu terlihat masih lemah” kata gikwang sedikit khawatir sambil membawa tasku.

“Whoaaa... akhirnya kau mengkhawatirkan hyungmu ini huh???” candaku padanya.

“Ishh,,babo hyung..” katanya sambil berlalu.

Ya.. setidaknya gara-gara penyakitku ini hubunganku dan dongsaengku menjadi lebih baik, sebelum dia tau aku mengidap penyakit ini, dia selalu iri padaku karena eomma dan appa lebih memperhatikanku. Tapi sekarang dia sudah menjadi dongsaeng yang sangat baik bagiku dan keluargaku, satu kekhawatiranku sudah berkurang jika suatu saat nanti aku pergi. 

“Huh.. akhirnya sampai rumah juga... eomma, bagoepa.. aku rindu dengan masakanmu..” rengekku pada oemma seperti anak kecil.

“Ne.. eomma akan membuatkan makanan favoritmu..” jawabnya sambil mengelus kepalaku.

Sambil menunggu eommaku memasak, aku pergi ke kamarku. Hmmm.. aku rindu wangi kamar ini, baru seminggu saja aku tidak tidur di kamar ini sudah membuatku rindu, bagaimana kalau nanti aku pergi gara-gara penyakit ini, apakah hantuku juga akan datang ke kamar ini?? hehe.. 

Aku duduk di depan meja belajarku dan menatap foto yang kusimpan diatas meja belajarku. “Lie Xiang-ah.. apa kau rindu padaku?? Apa kau mencariku karena aku tiba-tiba menghilang??” aku bicara pada foto Lie Xiang yang berada di meja belajarku.

Ya Tuhan.. mengapa aku harus bertemu dengan dia?? Dengan keadaan ku yang seperti sekarang mengapa engkau membuatku jatuh cinta padanya?? Hupf.. aku menghela nafas, aku terdiam kembali manatap fotonya sampai aku tertidur lelap.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Aku berjalan santai sendirian di koridor sekolah sambil bersiul, sesekali aku menyapa chingu-ku.. untunglah hari ini aku merasa baik, dan akupun terlihat segar jadi tidak akan ada yang bertanya-tanya mengapa aku tidak masuk sekolah kemarin, palingan mereka menyangka aku liburan hehe..

“Junho-ah!!” seseorang memanggilku, dan aku tau persis siapa pemilik suara itu. Aku mempercepat langkahku dan untunglah aku melihat chansung, aku langsung berlari mengejarnya. 

Sesampainya di kelas, lie xiang menghampiriku yang sedang ngobrol dengan chansung.
“Annyeong junho-ah, annyeong chansung-ah” sapanya dengan ceria.

Aku tidak membalas sapaannya, hanya chan yang membalas sapaanya.

“Junho-ah, Tadi aku memanggilmu.. kau pasti tidak mendengarnya ya??” katanya dengan tersenyum.

“Iya, aku tidak mendengar ada yang memanggilku” kataku sedikit dingin. 

“Oh iya, bagaimana keadaanmu?? Apa kau sudah baik-baik saja??” tanyanya terdengar khawatir.

“Ne” jawabku singkat. “Lie Xiang-ah mian, aku mau mengantar chan ke kantin” aku berdiri mengajak chan pergi.

Terlihat sedikit kekecewaan di wajah Lie Xiang, tapi dia berusaha menyembunyikannya.

“Oh.. Ne.. Gwaenchana” dia tersenyum dengan sedikit dipaksakan.

Aku menyeret chan yang masih terlihat kebingungan.
“Junho-ah.. memangya kapan aku memintamu mengantar ke kantin?? Aku bisa sendiri, tidak perlu kau antar..” jawabnya polos.

“Ya.. Babo.. sudahlah kau tidak usah cerewet, lebih baik kau hubungi taec agar dia langsung ke kantin” perintahku.

Chansung langsung menghubungi taecyeon sesuai dengan perintahku. Dan tidak lama taecyeon pun datang menyusul aku dan chan.

“Annyeong..!!” sapa taecyeon pada kami berdua. “Ada apa ini menyuruhku datang kesini??” tanyanya.
 
“Molla~ aku hanya disuruh dia” kata chansung sambil menunjukku.

“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengajak kalian berdua sarapan, pasti kalian belum sarapan kan?? Tenang saja aku yang traktir..” kataku sedikit berbohong.

“Yaaa.. junho-ah.. kau memang sahabatku yang terbaik, bolehkah aku memesan sekarang??” tanya chansung.

“Ne.. tapi ingat, kalian hanya boleh memesan satu porsi saja dan itu pun porsi yang biasa.. terakhir aku mentraktir kalian, satu bulan uang saku ku langsung habis, mengerti??” jelasku.

“Jangan khawatir, tenang saja”jawab taecyeon dibarengi anggukan chansung.

Dengan cepatnya mereka langsung pergi memesan makanan. Aku merasa menyesal dengan apa yang aku lakukan pada lie xiang hari ini, aku melihat ekspresinya yang kecewa, maafkan aku Lie Xiang-ah.. mulai sekarang aku tidak bisa dekat-dekat denganmu, kau tidak boleh bergantung pada orang yang akan segera meninggal..

Setiap hari kulalui dengan menjauhi Lie Xiang, aku tidak pernah menyapanya lagi di sekolah, sms dan teleponnya selalu aku abaikan. Akhir-akhir ini aku selalu melihatnya murung, memang benar selain aku dia tidak mempunyai lagi teman dekat.. aku sedih melihatnya yang tidak bersemangat seperti ini, aku tidak pernah melihat lagi Lie Xiang yang ceria.. Oh Tuhan, andai dia tau sebenarnya apa yang aku lakukan sekarang adalah demi kebahagiannya..

kondisi badanku pun ahir-akhir ini memburuk, terhitung dalam dua bulan terakhir ini aku sudah tiga kali masuk rumah sakit. Uisah-nim memberitauku, kalau penyakitku ini sudah semakin parah.. ne.. aku sadar, aku merasakan itu.. terkadang badanku sudah tidak bisa aku kendalikan, aku sudah tidak bisa bebas beraktivitas lagi.. seperti sekarang ini, aku hanya bisa duduk di pinggir lapangan merasakan badanku yang semakin lemah sementara semua teman-temanku sedang berolahraga.

“Junho-ah..” terdengar suara pelan seorang yoeja.. ya.. dia adalah Lie Xiang.

Ketika aku akan pergi, dia memintaku untuk jangan pergi dan aku menurutinya.
“Bagaimana kabarmu??” Lie Xiang memulai pembicaraan.

“Baik” jawabku seadanya.  

“Junho-ah.. bolehkah aku bertanya??” tanyanya sedikit ragu.

“Ne..” jawabku singkat tanpa melihat wajahnya.

“Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatmu tiba-tiba menjadi menjauhiku seperti ini??” tanyanya.
Sekilas aku melihat wajah lie xiang yang terlihat cemas dan sedih. 

“Ani, kau tidak melakukan apa-apa..” jawabku dingin.

“Lalu, mengapa kau menjauhiku??” tanyanya penasaran.

Aku diam tidak menjawabnya. Pandanganku lurus ke depan, melihat teman-temanku yang sedang bermain basket.

“Junho-ah.. kau tau, pertama kali aku masuk ke sekolah ini aku merasa asing.. sulit bagiku untuk beradaptasi, sampai sekarang pun aku tidak mempunyai banyak teman.. tapi setelah bertemu denganmu dan hubungan kita semakin dekat, aku sangat senang sekali.. kau selalu menemaniku, kau selalu ada untuk menolongku.. aku tidak pernah merasa kesepian, aku mulai menyukai kehidupanku disini dan tanpa sadar akupun mulai menyukaimu...” tanpa aku sangka lie xiang mengatakan perasaannya padaku. 

“Junho-ah.. apa kau juga merasakan hal yang sama denganku??” lie xiang bertanya padaku.

Mendengar perkataan terakhir lie xiang, hatiku terasa sakit.. jantungku berdetak semakin cepat.. “aku juga menyukaimu, lie xiang-ah..” andai aku bisa berkata seperti itu padanya.. tapi aku tidak boleh menyakitinya.. aku tidak bisa egois padanya..

“Lie Xiang-ah.. Mianhe.. aku tidak menyukaimu” jawabku pura-pura cuek.

“Tapi, kenapa kau begitu baik padaku?? Kenapa kau selalu ada untukku??” lie xiang terus bertanya padaku.

“Dengarkan baik-baik lie xiang-ah.. aku baik padamu itu hanya karena kau kasian melihatmu yang tidak mempunyai teman, aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu.. maaf kan aku jika perlakuan ku selama ini membuatmu salah paham.. dan satu lagi, kau tidak boleh lagi bergantung padaku..” aku meninggalkan Lie xiang yang masih duduk terdiam yang masih tidak percaya dengan apa yang aku katakan.
Aku melihat lie xiang yang masih dengan posisinya tadi di balik pintu aula, aku mellihatnya menangis. Lie Xiang-ah.. maafkan aku.. lebih baik kau menangis sekarang daripada nanti kau harus menangisi kepergianku.... 





Gimana part 2 nya?? penasaran ga ntar di final part ceritanya gimana?? hehe.. klo penasaran tunggu aja ya.. kalo ngga juga mesti penasaran *maksa* hehe.. see you at part 3.. annyeong.. ^^

1 komentar: