Jumat, 22 Juni 2012

100th Day Anniversarry

Hmm.. Niat mu nglanjutin ff yang lain malah bingung mu nulis apaan hehe,, mending baca nih ff geje aja deh hehe..
Rekomendasi : Mending baca nya sambil dengerin lagu 100th day anniversarry-nya 2PM deh biar lebih menghayati… keke~ ^^

100th day Anniversarry…

Kimi no denwa no koe chiisakku furueteru
( Your voice tremblers slightly over the phone )
Mado no soto kogarashi ga fuiteruseika na kitto
( Its probably because the the cold winds howls outside the window )
Munasawagi poketto ni oshikomete sunset isogu michi
( I tuck away the uneasiness in my pocket and hurry down the road into the sunset)
Hyaku nichi ni wa ato futsuka sapuraizu mo junbi shitanda
( With 2 days left until the 100th day anniversary i’ve also prepared a surprised event )
Kimi no egaio mitakute kizukarenai youni
( I wanted to see youu smile, so I pretended I didn’t notice anything )
‘cause I love you..

***
Yobseyo??” jawab seorang namja dengan nada yang ceria
“Oppa,, bisakah sore ini kita bertemu?” terdengar suara seorang yoeja di telepon.
“Waeyo? Kenapa tiba-tiba mengajak bertemu??” tanya namja itu penasaran.
“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu..” yoeja itu terdengar sangat gugup.
“Hmm.. baiklah kalau begitu, kau ingin aku jemput jam berapa?” namja itu akhirnya setuju untuk bertemu.
“Ehm.. ani.. Nanti kita langsung bertemu di cafe biasa saja jam 5pm..” kata yoeja itu masih dengan suaranya yang gugup.
“Ne.. Emh.. jagi-ah.. jangan lupa pakai pakaian yang hangat, aku tidak mau kau sakit” di luar sangat dingin”kata namja itu dengan nada khawatir.
“Ne” jawab yoeja itu dengan singkat. Lalu namja itu menutup teleponnya.
Junho P.O.V
“Ne.. Emh.. jagi-ah.. jangan lupa pakai pakaian yang hangat, aku tidak mau kau sakit udara di luar sangat dingin..” kataku dengan nada khawatir.
“Ne” jawabnya singkat. Lalu aku menutup teleponnya.
Dua hari lagi adalah hari yang special bagiku, perayaan 100 hari hubunganku dan Nara, yoejachinguku. Aku sudah mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk aku rayakan berdua dengannya dan aku juga sudah mempersiapkan sebuah boneka teddy bear yang lucu sebagai hadiah untuknya. Aku berpura-pura lupa tentang hari perayaan kami ini, aku ingin membuat dia terkejut lalu tersenyum dengan hadiahku nanti.
Aku melihat jam tanganku dan waktu sudah menunjukan pukul 4.30pm.
“Aishh.. aku pasti telat..” dengan buru-buru aku segera beranjak dari tempat duduk kuambil kunci motorku dan bersiap pergi untuk bertemu Nara. Entah kenapa selama di perjalanan aku merasakan akan ada sesuatu yang terjadi, aku merasa gelisah. Apa mungkin karena aku sangat merindukan nara karena sudah satu minggu ini kami tidak bertemu?? Aku mengabaikan semua perasaan itu dan memacu sepeda motorku dengan kencang menuju cafe yang telah dijanjikan.
***

Machiawaseta kimi wa utsumuite hitokoto
( You came right on time and uttered with your head down )
Mou aenai tsubuyaita kikichigai janaiyone?
( You mumbled that we cant meet anymore, I havent misheard , have I? )
Atatakai cafe latte ga te no hira de sotto sametekuyo
( Warm cafe latte is softly coding down in my palm )
Hyaku nichi made kimi no kotu mamori tsuzuketeitakatta
( I wanted to continue watching over you until the 100th day )
Doushite nano? Kono mama doko nimo ikanaide
( Why does it have to be this way, dont go everywhere )
I still love you..

Sesampainya di cafe…
Suasana cafe hari ini terlihat sedikit sepi sehingga dari pintu masuk cafe aku sudah bisa melihat nara yang sedang duduk tepat di tempat duduk favorit kita berdua. Hari ini nara terlihat sangat cantik, dia menuruti perkataanku untuk memakai pakaian yang hangat. Aku berjalan mendekatinya, terlihat dua buah cangkir coffelatte sudah berada di meja.
“Jagi-ah..” panggilku. Aku duduk di kursi yang berada di depannya sehingga posisi kita sekarang berhadapan.
“Mian.. aku terlambat” lanjutku sambil tersenyum dan dua mataku yang sipit ini sementara menghilang.
“Ne, Gwenchana..” aku melihatnya tersenyum, namun ada yang berbeda dari senyumannya itu.
“Gwenchanayo?” tanyaku padanya. Aku merasa ada yang aneh dengan sifatnya kali ini. biasanya dia akan marah-marah kalau aku datang telat, tapi kali ini berbeda.
“Ah.. Ne.. gwenchanayo oppa..” lagi-lagi dia memperlihatkan senyumannya yang tidak biasa itu.
Sepuluh menit sudah berlalu semenjak aku duduk di tempat ini. Aku melihat nara yang sedikit aneh, tidak seperti biasanya dia seperti ini. Dia terlihat seperti sedang bingung dan juga takut. Setiap mata kita beradu pandang dia langsung menundukan wajahnya.
“Oppa….” terdengar nara memenggilku dengan suara yang gemetar.
“Ne.. waeyo nara-ah??” jawabku. Nara masih dengan posisinya, menundukan wajahnya.
Nara tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menatapku, aku melihat tatapannya yang sedih melihatku.
“Waeyo?? Kau mau bicara apa?” tanyaku sambil tersenyum, memecah keadaan yang kaku ini.
“Oppa mianhe.. kita tidak bisa bersama lagi” nara kembali menundukan wajahnya.
Aku yang sedang tersenyum langsung berubah ketika mendengar perkataan nara tadi.
“Mwo???” aku kembali bertanya untuk meyakinkan diriku kalau apa yang tadi aku dengar itu salah.
Nara tidak menjawabku dan tidak juga mengangkat wajahnya.
“Ya.. Nara-ah.. katakan apa yang tadi aku dengar itu salah!” kataku setengah berteriak padanya. Aku bangkit dari tempat duduk ku, aku melihat nara mengepalkan tangannya.
“Kau pasti sedang bercanda kan??” aku menghibur diriku sendiri.
Kini aku melihat tangan nara gemetar, dan aku melihat tangannya sudah basah.
Aku menarik wajahnya yang dari tadi tertunduk. Dan aku melihat sekarang nara menangis.
“Tapi kenapa?? Apa aku melakukan sesuatu?? Kenapa tiba-tiba kau ingin kita putus??” tanyaku penasaran.
Nara hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaanku.
Hatiku sangat sakit sekali melihat nara yang hanya bisa terdiam dan menangis. Ingin rasanya aku memeluknya.
“Nara-ah.. tolong lihat aku dan bilang kalau semua ini bohong,,aku masih ingin bersama mu, merayakan 100 hari hubungan kita..” kataku. aku takut sekali jika ini memang benar, aku tidak siap kalau harus kehilangan nara sekarang.
“Mianhe.. oppa.. joengmal mianhe..” nara bangun dari tempat duduknya dan meninggalkanku sendiri yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Aku terdiam melihat sosok nara yang semakin jauh dariku. Aku masih ingin bersamanya, tapi mengapa tiba-tiba dia ingin berpisah denganku. Aku masih ingin melihatnya besok, aku ingin melihatnya selama aku bisa.
Aku meminum coffelatte yang dia pesankan untuk ku, mengapa kopi yang hangat ini terasa dingin di mulutku?? Mengapa tiba-tiba kopi ini berubah menjadi pahit?? Mengapa semua ini harus terjadi padaku??
***
Futarino memories of a 100th days, tarinakatta time 48
( our memories of a hundred days lack the time of 48 )
Todoketakatta melody wo zutto kioku no memory kimi e no love song
( Replaying the melody of your love song in my memory forever )

Hari ini adalah tepat perayaan 100 hari hubungan aku dan nara, seharusnya aku dan nara sedang merayakannya dengan bahagia. Tapi apa yang terjadi sekarang padaku sungguh menyedihkan, hubungan ku berakhir dua hari sebelum hari itu tiba.
Aku terduduk di sudut ruangan kamarku, pikiran ku entah melayang kemana. Tubuh ini terasa tak berdaya, ada yang hilang dalam diriku. Fisikku mungkin terlihat baik-baik saja, tapi hatiku terasa sangat sakit. Ingin sekali aku menangis, tapi setiap kali aku mencoba untuk menangis hatiku semakin sakit.
Aku mengambil boneka teddy bear yang akan aku hadiahkan untuk nara. Boneka ini adalah permintaan nara, dia ingin sekali memiliki boneka ini.
-Flashback-
“Oppa.. oppa.. ayo cepat kesini!!” teriak nara dengan gembira.
Aku tersenyum melihat tingkah laku yoejachinguku itu, dia memang selalu bersemangat seperti anak kecil.
“Yaa.. oppa.. palli!!” nara datang menghampiriku dan menarik tanganku.
“Ne.. Ne..” aku mengikutinya.
Nara berhenti di sebuah toko boneka.
“Mwoya??” tanyaku.
“lihat itu…” nara menunjuk ke arah sebuah boneka teddy bear yang besar yang dipajang di etalase toko itu.
“Ahhh… Kyeopta…” nara terlihat sangat senang sekali melihat boneka itu, dia menempelkan tangannya di etalase itu dan masih melihat boneka itu sambil tersenyum.
“Ya.. nara-ah.. lepaskan tangan mu.. nanti kacanya kotor..” kataku padanya sambil melepaskan tangannya yang masih menempel pada etalase.
“Oppa… belikan aku boneka ituu… jebal..” Dia menyipit-nyipitkan matanya yang bulat itu, dan itu terlihat lucu untuk ku.
Aku pura-pura tidak menghiraukannya, aku suka jika dia sudah merengek padaku seperti anak kecil.
“Oppa… aku ingin teddy bear itu..” nara menarik-narik bajuku, mirip sekali anak kecil yang meminta dibelikan mainan pada ibunya.
“Hmm.. baiklah oppa akan membelikan boneka itu untukmu…” kataku.
“Joengmal???” tanya nara. Wajahnya terlihat sangat senang sekali.
“Ne.. tapi tidak sekarang.. oppa sedang tidak punya uang.. hehe..” aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
Aku melihat nara yang sepertinya sedang berpikir.
“Kalau begitu, kau harus memberikanku boneka ini sebagai hadiah 100 hari anniversarryan kita nanti yaa…” katanya dengan semangat.
“Ne..” jawabku dengan tersenyum.
“Janji????” nara menatapku dengan serius.
“Ne.. Ne.. Ne.. oppa pasti akan memberikanmu boneka itu nanti.. kalau perlu seisi toko ini oppa beli hehe..” tunjukku pada boneka teddy bear itu.
Nara tersenyum dan langsung memelukku. “Gomawoyo oppa.. sarranghae” katanya dengan gembira.
-Flashback End-
Semua kenangan itu kembali muncul, hari-hari yang kulalui bersamanya adalah kenangan ku yang paling berharga. Tidak ada lagi mata yang bulatnya, tidak ada lagi senyuman yang indah, tidak ada lagi yang akan memanggilku oppa dengan manja dan tidak akan ada lagi Kim Nara yoeja yang sangat aku sayang.
Dan sekarang… aku harus merelakan semua kenangan itu pergi dariku.
Happy 100th day anniversarry Nara-ah…

Wasurerarenai memories ima hitotsu zutsu away
( memories I cant forget now by one go away )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar